Laman

Senin, 04 Februari 2013

Imlek Pati akulturasi untuk membesarkan NKRI

kresnapati - Menyongsong perayaan tahun baru China (Imlek) 2564 di Pati, akan menjadi sarana untuk memperkokok akulturasi anak bangsa.   Ini karena, dalam perayaannya di Klenteng Hok Tek Bio Jl Setya Budi Pati, akan melibatkan santri pondok pesantren, dan pelajar Islam.

Warga Klenteng Hok Tek Bio, dalam perayaan Imlek tahun ini, akan membawa pesan nuansa kebersamaan, yang juga melibatkan para santri pondok pesantren, dan pelajar Islam di Kabupaten Pati. Bahkan menjelang puncak Imlek, digelar sejumlah kegiatan sosial dan hiburan kepada masyarakat.

Ketua Panitia Imlek Klenteng Hok Tek Bio, Edi Siswanto berharap, melalui perayaan Imlek dapat mempererat kebersamaan dan akulturasi antar sesama anak bangsa.

“Tentunya ini untuk kerukunan beberapa etnis. Diantaranya dari Pondok Pesantren, dengan tidak melihat keyakinannya, karena itu Tuhan yang menentukan. Tapi yang kita lihat itu, kita ini makhluk Tuhan YME, tentunya memiliki jiwa sosial untuk saling menghormati,” katanya.

Menjelang perayaan Imlek, selain menggelar Pasar Imlek Bumi Mina Tani di Jln Setya Budi, pada 6 – 9 Februari 2013, test darah gratis kerjasama dengan KSH, dan donor darah yang akan diikuti Gus Durian dan masyarakat.

Saat puncak perayaan dan ramah tamah, akan dilakukan penyalaan kembang api pada pukul 23.00, yang diawali dengan hiburan rebana, pertunjukkan parade liong samsi, seni bela diri wushu, reog Ponorogo, dan Barongan. Setelah penyalaan kembang api, masyarakat akan dihibur dengan pagelaran kethoprak dengan latar belakang bernuansa klenteng dengan cerita Sam Po Kong

Pimpinan dan pengasuh Pondok Pesantren Tahfidzul Quran Roudlatul Fallah Gembong, KH Heppy mengatakan, keterlibatannya dalam perayaan Imlek tersebut, untuk membuktikan sikap saling menghormati antar umat beragama, sehingga terbangun akulturasi untuk membesarkan NKRI.

“Sebenarnya sadar atau tidak sadar, kita ini terdiri dari multi etnik dan multi budaya. Katalisatornya ya Pancasila itu, pengaturan masyarakatnya dengan UU. Nah kita dengan teman-teman Tionghoa ini membuktikan dengan perbuatan bukan sekedar perbuatan saja. Masyarakat itu sebetulnya ingin mendekat, tapi tidak tahu caranya, maka dibutuhkan jembatan. Ya kita mengundang ini agar masyarakat tahu, bahwa perbedaan itu bukan berarti menggugurkan persaudaraan,” jelasnya.

Dan pada Minggu, 10 Februari, akan dilakukan kirap ritual untuk keselamatan bangsa, khususnya masyarakat Pati, yang melibatkan marching band dari Ponpes Salafiyah Kajen. (pas fm)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan komentar anda